Sukses Itu...
Sukses itu kalau kita banyak uang
Sukses itu kalau kita punya rumah besar
Sukses itu kalau kita sudah jadi PNS
Sukses itu kalau bisnis sudah lancar
Sukses itu..Sukses itu.. dan Sukses itu memang dipandang berbeda oleh masing-masing orang. Tergantung dari sudut pandang masing-masing. Di sini, aku ingin berbagi cerita tentang dialog antara seorang pria penghuni salah satu kamar yang ada di Rumah Sakit Atma Husada Samarinda (nama pria tersebut aku rahasiakan alias lupa) dengan salah satu dosen pembimbing mahasiswa keperawatan Poltekkes Kaltim yang memiliki nama lengkap Edy Soekamto. Saat itu Pak Edy sedang ingin menunjukkan kepada mahasiswanya tentang cara berkomunikasi yang baik dengan orang yang kejiwaannya mengalami gangguan. Kita sebut saja nama pasien tersebut adalah Pria.
Setelah bersalaman dan saling memperkenalkan diri, Pria langsung berbicara tentang apa yang dia rasakan di dalam jiwanya.
Pria : “Pak, saya itu selama ini merasa gagal. Keluarga saya juga menganggap seperti itu. Saudara-saudara saya sudah ada yang punya rumah besar, kaya, usahanya maju, pokoknya sukses. Sementara saya cuma jadi pasien disini. Jadi menurut bapak apa yang harus saya lakukan? Saya ingin sukses”
Pak Edy : “Mas Pria, sekarang mungkin kita melihat orang yang punya banyak uang, rumah besar, usaha maju adalah orang yang sukses. Tapi sebenarnya itu belum tentu. Bisa saja orang yang punya banyak uang tapi hatinya tidak tenang karena uangnya adalah hasil korupsi. Bisa jadi rumah besar tapi keluarganya tidak bahagia. Sekarang kalau mas pria ditanya `mau punya banyak uang tapi tidak tenang?’
Pria : Tidak mau pak
Pak Edy : Mau punya rumah besar tapi keluarga tidak bahagia?
Pria : Tidak mau Pak
Pak Edy : “Mas Pria, sukses itu tidak dinilai dengan banyaknya uang, besarnya rumah. Tapi sukses itu adalah ketika hati kita merasa tenang walaupun tidak banyak uang. Hati kita bahagia meskipun tidak punya rumah besar. Mas pria pilih mana hati tenang atau tidak? Hati bahagia atau tidak?
Pria : (sambil tersenyum lebar, terlihat lega) Saya mau hati tenang saja pak. Terimakasih pak, saya senang berbicara sama bapak. Hati saya jadi tenang, saya merasa dihargai. Terimakasih pak (sambil menjabat tangan Pak Edy)
Kurang lebihnya begitulah inti dari dialog yang terjadi saat itu. Meskipun kejadian sebenarnya jauh lebih baik daripada yang aku tulis di atas. Kami selaku mahasiswa hanya bisa diam menyaksikan dialog tersebut. Bagi kami itu dialog yang sangat luar biasa. Bagaimana tidak, Mas Pria yang biasanya tidak nyambung kalau diajak bicara, kata-katanya tidak terkontrol, tiba-tiba ketika berhadapan dengan seseorang yang mampu menggunakan bahasa yang baik dengan komunikasi yang terlatih sesuai teori komunikasi benar-benar bisa menjadi seorang yang tenang, sejenak dia menjadi dirinya yang seharusnya. Bahkan persepsi sukses yang dipikirkan oleh si pria pada awalnya, bisa diarahkan ke arah persepsi yang lebih baik. Persepsi yang bisa menenangkan dirinya, jiwanya.
Yup, benar yang dikatakan Pak Edy, bahwa sukses itu tidak diukur dengan banyaknya uang, besarnya rumah dan yang semisal. Tapi suksesnya seseorang itu diukur dari hal yang jauh lebih penting dari sekedar uang atau rumah. Dan bagi si pasien ini, kesuksesan yang paling mungkin dia raih saat itu adalah ketenangan hati. Bagi kita, mungkin bisa lebih luas dari itu. Banyak orang bijak mengatakan bahwa orang yang sukses adalah orang yang bisa bermanfaat bagi dirinya dan juga orang lain. Dan kembali lagi, memang persepsi sukses itu berbeda bagi masing-masing orang. Yang jelas, setiap orang ingin sukses. Jika salah mengartikan sukses, maka kita akan gagal meraih sukses yang sebenarnya, dikarenakan tertipu di dalam mengejar kesuksesan yang semu.
Mudah-mudahan kita semua mampu meraih kesuksesan yang sebenarnya. Sukses yang mengantarkan kita kepada kebahagian dunia dan juga akhirat. Aamiin.
Semoga bermanfaat